ahok anies. ©2017 Merdeka.com |
Pilgub DKI putaran dua akan diselenggarakan pada 19 April 2017 mendatang. Tensi politik ibu kota pun kembali memanas.
Calon Gubernur DKI nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama dan nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan mulai saling serang. Kali ini, persoalan banjir yang dijadikan bahan untuk saling sindir.
Anies menuding calon petahana belum merampungkan persoalan banjir, terlihat dari beberapa wilayah di DKI yang masih digenangi air belakangan ini lantaran curah hujan yang cukup tinggi.
"Dikira udah bebas banjir ya? artinya memang kita harus lebih objektif dalam menilai perkembangan selama ini. Kadang-kadang kita menganggap itu enggak ada masalah, semua masalah sudah selesai semua padahal masih banyak masalah yang ada," kata Anies di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Kamis (16/2).
"Karena itu kenapa kita menawarkan perubahan karena kita ingin agar berbagai terobosan itu bisa dilakukan lebih cepat nanti kita lihat," sambungnya.
Menurut Anies, untuk mengatasi banjir di Jakarta harus melibatkan semua pihak. Anies menegaskan, dirinya dan Sandi telah memiliki konsep agar Jakarta terbebas dari banjir.
Saat meninjau lokasi banjir di Bukit Duri, Anies mengaku tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi banjir kali ini, pasalnya ia belum menduduki kursi orang nomer satu di DKI.
"Saat ini saya belum menjadi gubernur jadi belum bisa berbuat langsung," ungkapnya.
Ia pun mempertanyakan program normalisasi yang dinilainya mandek 3 tahun. "Masa mandek 3 tahun. 3 tahun mandek, apa sebabnya saya belum tahu tapi laporannya 3 tahun berhenti," ucap Anies.
Menjawab sindiran Anies, Ahok menuding jika mantan Rektor Universitas Paramadina itu tidak mengerti matematika.
"Ah gak usah ngomong lah, capek jadi politik. Kamu ngerti matematik enggak sih? dari dua ribuan (titik banjir) jadi 400 an, dari 400 tinggal 80, kalau itu normalisasi enggak bener, apakah bisa turun tinggal 80?," kata Ahok, di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Senin (20/2).
Ahok menambahkan, jika program normalisasi tidak benar berarti orang-orang yang tergabung dalam Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerja Umum, bukanlah orang-orang pintar.
"Kalau normalisasi enggak bener, berarti seluruh orang-orang di negeri ini salah semua pak, PU pusat pinter-pinter merancang ini, berarti salah semua. Profesor juga banyak loh disana," ujar Ahok.
"Sekarang kalo dari 2.000 berkurang jadi 80 berarti berhasil, kalau dari duit lu 2.000 jadi 80 perak itu gagal. Kalau duit berkurang itu gagal, tapi kalau bencana berkurang berarti berhasil, dong," tandas Ahok.
0 komentar: