Kamis, 19 Januari 2017

PENGERAHAN MURBA

Unknown   at  05.39  No comments

Siasat mengerahkan Murba untuk merebut kekuasaan negara sudah diterangkan dalam “Menuju Republik Indonesia” ( 1924 ), “Semangat Muda” ( 1925 ), “Massa-Aksi” ( 1926 ). Semuanya oleh Tan Malaka.

Siasat berdasarkan Murba itu masih amat sedikit dimengerti di Indonesia. Gerakan di Indonesia pada umumnya menganggap perebutan kekuasaan itu sebagai usaha Militer semata-mata ( PUTCH ). Persiapan susunan tertutup hampir sama-sekali dipusatkan pada bentukan satu pasukan yang kelak tiba-tiba akan menyerbu keluar untuk merebut kekuasan Politik dengan cara Militer.

 Gerakan semacam itu terhadap satu susunan negara yang diatur oleh Imperialisme Modern Niscaya akan kandas sama sekali. Gerakan itu bisa berhasil, kalau benar seluruh atau sebagian terbesar rakyat jelata sudah memiliki kesadaran politik yang sedalam-dalamnya, Ikhlas berkorban mencapai idamannya serta tahan uji dalam aksi yang Sukar, Berbahaya dan Lama.

 Kesadaran yang dalam serta kemauan laksana baja itu tidaklah diperoleh dengan jalan Propaganda secara ngomong saja, melainkan dengan Agitasi yang berisi bukti yang senyata-nyatanya dan dengan pengalaman Murba dalam aksi politik ( Demonstrasi ) dan Ekonomi        ( Pemogokkan ). Pengalaman Murba itu perlu sekali dan bisa diperoleh dalam aksi memperbaiki kehidupan sehari-hari ( Minta Kenaikkan Upah, Minta Pengurangan Pajak dan sebagainya ).

Dalam masa berkerja tersembunyi suatu Partai mestinya mempunyai hubungan dengan perhubungan dengan rakyat Murba. Perhubungan terbuka itu ialah laksana kaleidoskopnya sebuah kapal selam, yang mesinnya bergerak dibawah permukaaan air. Dengan perantaraan susunan terbuka ( Pakbon atau Partai berupa jinak ), Partai tersembunyi jadi bisa mengukur kemauan rakyat Murba dan berapa luasnya kemauan itu sudah menjalar diseluruh negeri.

Ringkasnya, sesuatu Partai tersembunyi mesti selalu mempunyai susunan terbuka sebagai badan politik dan pengukur. Susunan terbuka juga harus mempunyai Partai tertutup sebagai benteng perjuangan terakhir.

Tiadalah bisa diharapkan selalu bahwa seluruh Murba akan bergerak serentak dan serempak. Sejarah dunia akan acapkali menunjukkan, bahwa gerakan Murba itu melalui beberapa tingkat. Pimpinan yang mengerti, Cerdik, Berpandangan jauh mesti mengerti watak dan sifatnya tiap-tiap tindakan yang sudah dan akan dijalani Murba tadi.

Buat mengertikan watak dan sifatnya tiap-tiap tingkat yang harus dilalui oleh Murba itu perlu diketahui Hasrat, Idaman kemauan dan Impian tiap-tiap golongan Murba itu. Murba tani berlainan hasrat dan kemauan dengan pedagang dan juru tulis kantor. Dalam kaum Pekerja sendiri ada pula bermacam hasrat, paham dan kemauan menurut bagian pekerjaan, didikan dan suasana hidup masing-masing. Begitu pula dalam golongan Tani dan Pedagang, semua itu bisa diketahui denagan memakai cara berpikir yang berdasarkan Materialisme Dialektika Logika ( Lihat Kitab “Madilog” oleh Tan Malaka, Tahun 1942 ).

Kalau satu pimpinan Murba mengerti betul akan hasrat dan kemauan tiap-tiap golongan Murba yang bergerak itu, maka pimpinan tadi bisa pula mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkatan aksi yang sudah tercapai.

Seandainya seluruh rakyat Indonesia bisa dikerahkan sampai tercapai kemerdekaan nasional, maka pada titik ini rakyat Murba akan terpecah menjadi dua. Golongan Borjuis tidak akan mau terus lagi, karena kemauan mereka Cuma buat memajukan modal kebangsaan saja. Kalau dalam Indonesia merdeka modal itu sudah jatuh ketangan mereka, maka mereka sudah sampai kepada hasratnya. Mereka tidak akan mau ditarik terus buat mendirikan masyarakat berdasarkan Kolektivisme. Kalau mereka ditarik juga maka  boleh jadi sekali akan berbalik melawan Murba. Dari sifat Revolusioner mencapai kemerdekaan nasional mereka akan bertukar menjadi Kontra-Revolusioner ( melawan kaum Pekerja – yang berdasarkan Kolektivisme ). Kalau mereka merasa lemah dengan berhadapan bangsa sendiri, maka mereka tidak akan segan-segan menerima atau memanggil pertolongan dari luar negeri ialah kaum Borjuis pula. Dalam batinnya, Kapaitalis nasional itu bersifat internasional juga. Seperti dalam hakikatnya Pekerja dalam suatu negara itu bersifat internasional pula. Tetapi disebabkan oleh batasan negara yang ditentukan oleh politik dan sejarah masing-masing diperdalam pula oleh perbedaan bangsa, bahasa dan kebudayaan masung-masing, maka Borjuis dan Pekerja masing-masing negara terikat pada paham negara dan pandangan kenegaraan masing-masing.

Pada tingkat mencapai kemedekaan nasional, maka golongan Borjuis bersitumpu pada rakyat Murba. Tetapi kalau kemerdekaan nasional sudah tercapai dan Pekerja mau terus ketingkat Kolektivisme, maka golongan Borjuis akan bersitumpu pada golongan Tani Besar, Pedagang Tengah dan besar, sebagian golongan Intelektual serta pekerja yang belum insyaf. Kalau terdesak, maka mereka akan menerima pertolongan Imperialis.

Walaupun demikian sifat dan hasratnya Borjuis tengah dan kecil itu, Partai pekerja seperti PARI tidak boleh dan tidak bisa mengabaikan mereka dalam tiap-tiap tingkat perjuangan. Mereka harus ditarik kedalam medan perjuangan. Dalam perjuangan mencapai kemerdekaan nasional itu akan ternyata kegiatan dan keberanian Tani Kecil, Pedagang Kecil dan sebagian Intelek Borjuis itu. Sebaliknya kalau mereka diabaikan apalagi kalau dimusuhi maka boleh dikatakan mustahil bisa merebut kemerdekaan nasional. Lebih mustahil pula membangun negara berdasarkan Kolektivisme . Dengan sadar atau tidak mereka dalam perjuangan nasional itu akan bisa dijadikan perkakas oleh Imperialisme asing dan dengan pertolongan Borjuis nasional membasmi semua gerakan kaum Pekerja yang Revolusioner, berdasarkan Kolektivisme.

About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

© 2013 JABAR NEWS. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.