Jokowi bertemu Dubes Amerika Latin dan Amerika Serikat. |
Jokowi bertemu Dubes Amerika Latin dan Amerika Serikat
Beberapa pekan terakhir, kondisi pasar dalam negeri mengalami gangguan terimbas sentimen negatif panasnya suhu politik nasional. Persaingan perebutan kursi pimpinan DPR dan MPR, direspon negatif pelaku pasar dan investor.
Muncul kekhawatiran, program presiden terpilih Joko Widodo untuk lima tahun ke depan bakal dijegal oleh parlemen yang dikuasai kubu oposisi pemerintahan. Kepala ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan tidak menampik gejolak di pasar akibat gonjang ganjing perpolitikan nasional.
Namun yang lebih penting saat ini, pasar menanti sikap dan sentuhan kepemimpinan Jokowi. Dia menyebut, saat ini pasar tengah menunggu 3 hal dari kelanjutan drama politik yang telah terjadi di tanah air, dengan Jokowi sebagai pemain kunci. Salah satu yang bakal dinanti pasar adalah momentum pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2014.
"Ada tiga hal yang dilihat pasar, pertama seberapa mulus pelantikan Jokowi," ujar Fauzi usai diskusi bertajuk 'Prediksi Ekonomi di tengah Polarisasi Politik Nasional' di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (11/10).
Kedua, pasar serta investor bakal melihat seberapa akomodatif kabinet Jokowi terhadap politisi Koalisi Merah Putih. "Karena investor dan pelaku pasar pragmatis," tuturnya.
Ketiga, berkaitan langsung dengan perekonomian nasional. Apalagi kalau bukan strategi Jokowi membenahi pengelolaan anggaran subsidi yang selama ini dinilai menjadi beban negara. Jokowi sempat menyatakan bakal menaikkan harga BBM bersubsidi. Implementasi pernyataan itu yang ditunggu pelaku ekonomi.
"Investor menunggu keberanian Jokowi untuk menaikkan harga BBM bersubsidi," tegasnya.
0 komentar: