All Stories

Sabtu, 27 September 2014

Perdebatan di dalam sidang paripurna pun menjadi tak terkendali, Jakarta, (25/9/14).
Jakarta - Jumat 26 September 2014 pukul 02.00 dini hari, sebuah keputusan mahapenting dikeluarkan DPR lewat RUU Pilkada: mengembalikan pemilihan kepala daerah -- gubernur, walikota, bupati -- ke para legislator. Mengambil hak itu dari rakyat yang sebelumnya bisa memilih langsung pemimpinnya.  

Oleh pendukungnya, keputusan tersebut dianggap bisa menghemat biaya pemilihan langsung dan meminimalisasi konflik. Bagi penentangnya, itu pengkhianatan demokrasi. Matinya kedaulatan rakyat. 

Tak hanya jadi perdebatan panas di Indonesia, keputusan kontroversial tersebut juga jadi sorotan di dunia.

Situs berita Amerika Serikat, CNN hari ini memuat artikel berjudul 'Indonesians lose right to directly elect governors, mayors' -- 'Rakyat Indonesia kehilangan hak untuk memilih langsung gubernur, walikota'. Juga The New York Times yang memuat artikel, "Parliament in Indonesia Rolls Back Election Rights". 

Pun dengan situs berita Inggris, Guardian, dengan artikel berjudul 'Indonesian parliament scraps direct elections, undermining Joko Widodo' 

"Pemungutan suara didukung oleh Prabowo, yang dikalahkan Joko Widodo dalam pemilihan presiden. Mengembalikan sistem pemilu kembali ke era Soeharto," demikian dimuat Guardian, Jumat (26/9/2014). 

Pemilihan walikota, bupati, dan gubernur secara langsung dimulai tahun 2005. Proses itu dilihat sebagai bagian penting  transisi demokrasi setelah kejatuhan rezim Soeharto. 

Situs berita Wall Street Journal, dalam artikelnya yang berjudul 'Indonesia Lawmakers Vote to End Direct Regional Elections'  memuat kalimat awal (lead) yang menohok. 

"Anggota dewan di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia melakukan pemungutan suara, yang akibatnya justru membuat negaranya menjadi kurang demokratis." Ironis. 

Sementara, situs Bloomberg menyoroti salah satu dampak dibatalkannya pemilihan langsung. "Parlemen meloloskan RUU yang menghapus pemilihan langsung, yang mengakhiri sistem yang berlaku selama 1 dekade -- demokrasi daerah yang menghasilkan pemimpin seperti Joko Widodo.

"Sulit untuk tidak melihat RUU ini sebagai manuver politik -- untuk mengambil alih kembali hak dalam pemilu dari rakyat ke para pemimpin dan elit partai -- terkait kekalahan dalam pemilihan presiden," kata Andrew Thornley, direktur program pemilu The Asia Foundation seperti dimuatBloomberg. 

Media di Benua Asia juga tak ketinggalan menyoroti putusan tersebut. Yakni The Straits Times danThe Malay Online.

Situs Australia, Sydney Morning Herald menyoroti sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengumumkan pihaknya akan menggugat keputusan DPR tersebut dari  Willard Hotel di Washington DC, Amerika Serikat. 

"Meskipun partainya sendiri sebagian besar bertanggung jawab untuk meloloskannya," demikian dimuat Sydney Morning Herald. 

Sikap SBY yang adalah ketua umum Partai Demokrat juga mendapat kritik dari penasihat senior dari International Crisis Group (ICG), Sydney Jones. Ia menyoroti rencana penyelenggaraan Bali Democracy Forum yang akan digelar awal Oktober mendatang dengan 'pertunjukan' yang terjadi di dewan dini hari tadi. 

"Was your cherished Bali Democracy Forum all for show, Mr President? #ShameOnYouSBY" -- demikian ditulisnya dalam Twitter. 

Pemungutan suara terkait RUU Pilkada di DPR menghasilkan 135 suara memilih pilkada langsung dan 226 suara menghendaki pilkada melalui DPRD dari 361 anggota DPR yang bertahan hingga Jumat dini hari. (Yus)

'Matinya' Kedaulatan Rakyat Indonesia Disorot Dunia

Unknown   at  03.29  No comments

Perdebatan di dalam sidang paripurna pun menjadi tak terkendali, Jakarta, (25/9/14).
Jakarta - Jumat 26 September 2014 pukul 02.00 dini hari, sebuah keputusan mahapenting dikeluarkan DPR lewat RUU Pilkada: mengembalikan pemilihan kepala daerah -- gubernur, walikota, bupati -- ke para legislator. Mengambil hak itu dari rakyat yang sebelumnya bisa memilih langsung pemimpinnya.  

Oleh pendukungnya, keputusan tersebut dianggap bisa menghemat biaya pemilihan langsung dan meminimalisasi konflik. Bagi penentangnya, itu pengkhianatan demokrasi. Matinya kedaulatan rakyat. 

Tak hanya jadi perdebatan panas di Indonesia, keputusan kontroversial tersebut juga jadi sorotan di dunia.

Situs berita Amerika Serikat, CNN hari ini memuat artikel berjudul 'Indonesians lose right to directly elect governors, mayors' -- 'Rakyat Indonesia kehilangan hak untuk memilih langsung gubernur, walikota'. Juga The New York Times yang memuat artikel, "Parliament in Indonesia Rolls Back Election Rights". 

Pun dengan situs berita Inggris, Guardian, dengan artikel berjudul 'Indonesian parliament scraps direct elections, undermining Joko Widodo' 

"Pemungutan suara didukung oleh Prabowo, yang dikalahkan Joko Widodo dalam pemilihan presiden. Mengembalikan sistem pemilu kembali ke era Soeharto," demikian dimuat Guardian, Jumat (26/9/2014). 

Pemilihan walikota, bupati, dan gubernur secara langsung dimulai tahun 2005. Proses itu dilihat sebagai bagian penting  transisi demokrasi setelah kejatuhan rezim Soeharto. 

Situs berita Wall Street Journal, dalam artikelnya yang berjudul 'Indonesia Lawmakers Vote to End Direct Regional Elections'  memuat kalimat awal (lead) yang menohok. 

"Anggota dewan di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia melakukan pemungutan suara, yang akibatnya justru membuat negaranya menjadi kurang demokratis." Ironis. 

Sementara, situs Bloomberg menyoroti salah satu dampak dibatalkannya pemilihan langsung. "Parlemen meloloskan RUU yang menghapus pemilihan langsung, yang mengakhiri sistem yang berlaku selama 1 dekade -- demokrasi daerah yang menghasilkan pemimpin seperti Joko Widodo.

"Sulit untuk tidak melihat RUU ini sebagai manuver politik -- untuk mengambil alih kembali hak dalam pemilu dari rakyat ke para pemimpin dan elit partai -- terkait kekalahan dalam pemilihan presiden," kata Andrew Thornley, direktur program pemilu The Asia Foundation seperti dimuatBloomberg. 

Media di Benua Asia juga tak ketinggalan menyoroti putusan tersebut. Yakni The Straits Times danThe Malay Online.

Situs Australia, Sydney Morning Herald menyoroti sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengumumkan pihaknya akan menggugat keputusan DPR tersebut dari  Willard Hotel di Washington DC, Amerika Serikat. 

"Meskipun partainya sendiri sebagian besar bertanggung jawab untuk meloloskannya," demikian dimuat Sydney Morning Herald. 

Sikap SBY yang adalah ketua umum Partai Demokrat juga mendapat kritik dari penasihat senior dari International Crisis Group (ICG), Sydney Jones. Ia menyoroti rencana penyelenggaraan Bali Democracy Forum yang akan digelar awal Oktober mendatang dengan 'pertunjukan' yang terjadi di dewan dini hari tadi. 

"Was your cherished Bali Democracy Forum all for show, Mr President? #ShameOnYouSBY" -- demikian ditulisnya dalam Twitter. 

Pemungutan suara terkait RUU Pilkada di DPR menghasilkan 135 suara memilih pilkada langsung dan 226 suara menghendaki pilkada melalui DPRD dari 361 anggota DPR yang bertahan hingga Jumat dini hari. (Yus)
Continue Reading→

0 komentar:

Rabu, 24 September 2014

FPI demo Ahok. ©2014 merdeka.com/arie basuki
Massa Front Pembela Islam (FPI) yang berdemo menolak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membubarkan diri dari depan Gedung DPRD. Mereka membubarkan diri 5 menit setelah mengeroyok pemotor wanita yang menunggangi Kawasaki Ninja RR.

Pantauan merdeka.com, Rabu (24/9) mereka membubarkan diri dengan menggunakan motor dan mobil. Mereka kembali ke markas mereka di Petamburan.

"Kita akan kembali menolak Ahok kalau dia sampai dilantik," ujar sang orator.

Mereka memulai aksi sekitar pukul 11.00 WIB dengan menyalakan kembang api dan mengakhiri dengan mengeroyok pemotor wanita. Arus lalu lintas masih tersendat akibat bubarnya massa FPI.

Sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.

Pantauan merdeka.com, Rabu (24/9), massa yang tengah berkumpul mendengarkan orasi tiba-tiba merangsek mendekati seorang pengendara motor. Tak hanya itu, mereka lantas memukuli wanita yang mengendarai kendaraan roda doa tersebut dengan menggunakan bambu.

Meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-orang di sekitarnya. Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar, namun tidak berhasil.

Usai keroyok pemotor wanita, FPI bubarkan diri dari DPRD

Unknown   at  00.43  No comments

FPI demo Ahok. ©2014 merdeka.com/arie basuki
Massa Front Pembela Islam (FPI) yang berdemo menolak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membubarkan diri dari depan Gedung DPRD. Mereka membubarkan diri 5 menit setelah mengeroyok pemotor wanita yang menunggangi Kawasaki Ninja RR.

Pantauan merdeka.com, Rabu (24/9) mereka membubarkan diri dengan menggunakan motor dan mobil. Mereka kembali ke markas mereka di Petamburan.

"Kita akan kembali menolak Ahok kalau dia sampai dilantik," ujar sang orator.

Mereka memulai aksi sekitar pukul 11.00 WIB dengan menyalakan kembang api dan mengakhiri dengan mengeroyok pemotor wanita. Arus lalu lintas masih tersendat akibat bubarnya massa FPI.

Sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.

Pantauan merdeka.com, Rabu (24/9), massa yang tengah berkumpul mendengarkan orasi tiba-tiba merangsek mendekati seorang pengendara motor. Tak hanya itu, mereka lantas memukuli wanita yang mengendarai kendaraan roda doa tersebut dengan menggunakan bambu.

Meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-orang di sekitarnya. Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar, namun tidak berhasil.
Continue Reading→

0 komentar:

Demo Mafia Migas. ©2013 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman
Direktur Utama PT Newmont Nusa Tenggara (NTT), Martiono menilai orang yang menghembuskan isu mafia migas di Indonesia, selama hanya berani ngomong tapi pernah langsung menunjuk orangnya.
Menurutnya, keberadaan mafia migas di Indonesia seperti kentut. Baunya tercium namun keberadaannya tidak pernah terdeteksi. "Mafia migas sampai sekarang tidak ada yang nunjuk hidungnya langsung, tapi baunya ada," kata Martiono dalam diskusi di FX, Senayan, Jakarta, Rabu (24/9).
Kondisi seperti ini diakui menyulitkan negara untuk dibersihkan dari keberadaan mafia. Selain itu, pemerintah juga seolah tutup mata dan tidak ada tindakan lebih lanjut untuk mengusut keberadaan mafia. "Yang aneh lagi mafia migas kok subur, dan pemerintah neng endi (di mana)," katanya.
Anggota Komisi Energi DPR, Bobby Adhityo Rizaldi mempertanyakan siapa sebenarnya mafia migas itu. "Kalau mafia migas di Indonesia siapa pelakunya, apakah pelaku industri. Ini apa yang salah, apa sistem salah atau pelaku yang hebat."
Dia menegaskan, yang aneh di Indonesia adalah pencurian minyak di Musi, Banyuasin. Padahal, pencurian tersebut, bisa ditelusuri ada atau tidak peran mafia. "Ini mafia atau bukan? Kita mau bilang ini pencurian atau tidak karena BUMN dan BPK sebut tidak ada kerugian," ungkapnya.

Bos Newmont: Mafia migas seperti kentut

Unknown   at  00.32  No comments

Demo Mafia Migas. ©2013 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman
Direktur Utama PT Newmont Nusa Tenggara (NTT), Martiono menilai orang yang menghembuskan isu mafia migas di Indonesia, selama hanya berani ngomong tapi pernah langsung menunjuk orangnya.
Menurutnya, keberadaan mafia migas di Indonesia seperti kentut. Baunya tercium namun keberadaannya tidak pernah terdeteksi. "Mafia migas sampai sekarang tidak ada yang nunjuk hidungnya langsung, tapi baunya ada," kata Martiono dalam diskusi di FX, Senayan, Jakarta, Rabu (24/9).
Kondisi seperti ini diakui menyulitkan negara untuk dibersihkan dari keberadaan mafia. Selain itu, pemerintah juga seolah tutup mata dan tidak ada tindakan lebih lanjut untuk mengusut keberadaan mafia. "Yang aneh lagi mafia migas kok subur, dan pemerintah neng endi (di mana)," katanya.
Anggota Komisi Energi DPR, Bobby Adhityo Rizaldi mempertanyakan siapa sebenarnya mafia migas itu. "Kalau mafia migas di Indonesia siapa pelakunya, apakah pelaku industri. Ini apa yang salah, apa sistem salah atau pelaku yang hebat."
Dia menegaskan, yang aneh di Indonesia adalah pencurian minyak di Musi, Banyuasin. Padahal, pencurian tersebut, bisa ditelusuri ada atau tidak peran mafia. "Ini mafia atau bukan? Kita mau bilang ini pencurian atau tidak karena BUMN dan BPK sebut tidak ada kerugian," ungkapnya.
Continue Reading→

0 komentar:

Massa Front Pembela Islam (FPI) mendorong mobil mereka yang mogok saat
hendak menggelar aksi di Balai Kota DKI Jakarta. Rabu 24 September 2014
Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) siap mendatangi gedung DPRD DKI Jakarta untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi Gubernur, Rabu 24 September 2014.

Ada pemandangan menarik saat mereka bersiap untuk menuju ke gedung dewan. Truk yang mengangkut sound system dan oratornya, Ustaz Jaffar Sodik, mogok.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, kita tolak Ahok jadi Gubernur Jakarta!" ujar Jaffar diiringi aksi sejumlah anggota FPI yang mendorong truk mogok itu.

Mobil pun melaju keluar dari halaman markas FPI yang terletak di Jalan Petamburan III ke Jalan Aipda KS Tubun, Jakarta Pusat.

"Mobilnya dipanasin dulu, susah di-starter, jarang diservis," ujar Heri, salah satu anggota FPI yang ikut mendorong.

Kini, truk yang akan digunakan untuk orasi itu telah tiba kembali di seberang Jalan Petamburan III, usai 'dipanaskan' memutari Jalan Aipda KS Tubun.

Mobil diparkirkan di pinggir jalan sambil Ustadz Jaffar Sodik kembali 'memanaskan' semangat para anggotanya yang akan melakukan long march ke Jalan Kebon Sirih.

Dalam aksi ini, FPI memang tidak mengerahkan kendaraan. Sebanyak 500 massa FPI akan melakukan long march untuk berunjuk rasa di depan Gedung DPRD DKI. (ita)

Mau Demo Ahok, Truk Anggota FPI Mogok

Unknown   at  00.30  No comments

Massa Front Pembela Islam (FPI) mendorong mobil mereka yang mogok saat
hendak menggelar aksi di Balai Kota DKI Jakarta. Rabu 24 September 2014
Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) siap mendatangi gedung DPRD DKI Jakarta untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi Gubernur, Rabu 24 September 2014.

Ada pemandangan menarik saat mereka bersiap untuk menuju ke gedung dewan. Truk yang mengangkut sound system dan oratornya, Ustaz Jaffar Sodik, mogok.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, kita tolak Ahok jadi Gubernur Jakarta!" ujar Jaffar diiringi aksi sejumlah anggota FPI yang mendorong truk mogok itu.

Mobil pun melaju keluar dari halaman markas FPI yang terletak di Jalan Petamburan III ke Jalan Aipda KS Tubun, Jakarta Pusat.

"Mobilnya dipanasin dulu, susah di-starter, jarang diservis," ujar Heri, salah satu anggota FPI yang ikut mendorong.

Kini, truk yang akan digunakan untuk orasi itu telah tiba kembali di seberang Jalan Petamburan III, usai 'dipanaskan' memutari Jalan Aipda KS Tubun.

Mobil diparkirkan di pinggir jalan sambil Ustadz Jaffar Sodik kembali 'memanaskan' semangat para anggotanya yang akan melakukan long march ke Jalan Kebon Sirih.

Dalam aksi ini, FPI memang tidak mengerahkan kendaraan. Sebanyak 500 massa FPI akan melakukan long march untuk berunjuk rasa di depan Gedung DPRD DKI. (ita)
Continue Reading→

0 komentar:

Aksi massa FPI dan FBB di depan Balai Kota 
JAKARTA - Sejumlah organisasi massa yang terdiri dari Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Betawi Bersatu (FBB) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2014).
Ratusan peserta aksi yang mayoritas mengenakan pakaian serba putih dan hijau ini menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur DKI.
"Ahok kurang ajar. Ahok dia pernah katakan bahwasanya nanti di DKI pajak mau dinaikin. Kalau ada warga Jakarta yangg enggak mampu bayar pajak diusir dari Jakarta," ujar seorang orator.
Peserta aksi pun meminta Ahok kembali ke Belitung Timur, tempat kelahirannya. Menurut mereka, Ahok tidak pantas memimpin Jakarta yang mayoritas agama Islam.
"Emang Jakarta punya Bapak moyang lu. Lu lahir di Bangka Belitung. Kita iket dia, terus kita buang ke Belitung," teriak orator.

Pendemo: Buang Ahok ke Belitung

Unknown   at  00.22  No comments

Aksi massa FPI dan FBB di depan Balai Kota 
JAKARTA - Sejumlah organisasi massa yang terdiri dari Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Betawi Bersatu (FBB) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2014).
Ratusan peserta aksi yang mayoritas mengenakan pakaian serba putih dan hijau ini menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur DKI.
"Ahok kurang ajar. Ahok dia pernah katakan bahwasanya nanti di DKI pajak mau dinaikin. Kalau ada warga Jakarta yangg enggak mampu bayar pajak diusir dari Jakarta," ujar seorang orator.
Peserta aksi pun meminta Ahok kembali ke Belitung Timur, tempat kelahirannya. Menurut mereka, Ahok tidak pantas memimpin Jakarta yang mayoritas agama Islam.
"Emang Jakarta punya Bapak moyang lu. Lu lahir di Bangka Belitung. Kita iket dia, terus kita buang ke Belitung," teriak orator.
Continue Reading→

0 komentar:

Senin, 22 September 2014

Megawati hadiri peletakan batu pertama kantor DPP PDIP
Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyatakan sudah memiliki lebih dari 50 nama yang akan diajukan untuk masuk dalam kabinet Jokowi-JK. 50 Nama tersebut diambil setelah melihat rekam jejak dan kredibilitas masing-masing kader selama bergabung dengan partai berlambang kepala banteng tersebut.

"Oh banyak (nama), lebih dari 50 nama yang kemudian sudah kita list untuk kita liat track record dan kapabilitasnya nanti kalau memang mewakili PDI Perjuangan untuk masuk dalam kabinetnya Pak Jokowi," papar Puan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/9).

Namun, Puan mengaku harus melihat terlebih dahulu postur kabinet secara rinci yang akan digunakan Jokowi. Selain itu, PDIP juga masih menunggu usul dari Ketua Umum PDI Perjuangan,Megawati Soekarnoputri terkait nama-nama yang dianggap cocok mewakili PDIP di kabinet Jokowi-JK.

"Kita masih melihat kira-kira dari postur draft yang diusulkan Pak Jokowi itu kira-kira kita akan mempersiapkan nama-nama seperti apa yang ingin diusulkan Ibu Ketua Umum. Jadi memang sampai saat ini kita masih menggodok kira-kira nama apa yang akan diusulkan Ibu Ketua Umum," papar Puan.

Puan menegaskan, PDIP hanya mengusulkan nama-nama yang akan mewakili PDIP untuk duduk dalam kabinet Jokowi-JK, namun keputusan tetap akan berada di tangan Jokowi.

"Kami mendukung apa yang menjadi keputusan dan hak prerogatif presiden, hanya harapannya nama-nama yang nanti akan membantu Pak Jokowi-JK adalah nama-nama yang memang bersih, punya kapabilitas dan potensi dan tentu saja yang bisa membantu kerja kementerian," papar Puan.

PDIP ajukan 50 nama calon menteri kabinet Jokowi

Unknown   at  09.05  No comments

Megawati hadiri peletakan batu pertama kantor DPP PDIP
Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyatakan sudah memiliki lebih dari 50 nama yang akan diajukan untuk masuk dalam kabinet Jokowi-JK. 50 Nama tersebut diambil setelah melihat rekam jejak dan kredibilitas masing-masing kader selama bergabung dengan partai berlambang kepala banteng tersebut.

"Oh banyak (nama), lebih dari 50 nama yang kemudian sudah kita list untuk kita liat track record dan kapabilitasnya nanti kalau memang mewakili PDI Perjuangan untuk masuk dalam kabinetnya Pak Jokowi," papar Puan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/9).

Namun, Puan mengaku harus melihat terlebih dahulu postur kabinet secara rinci yang akan digunakan Jokowi. Selain itu, PDIP juga masih menunggu usul dari Ketua Umum PDI Perjuangan,Megawati Soekarnoputri terkait nama-nama yang dianggap cocok mewakili PDIP di kabinet Jokowi-JK.

"Kita masih melihat kira-kira dari postur draft yang diusulkan Pak Jokowi itu kira-kira kita akan mempersiapkan nama-nama seperti apa yang ingin diusulkan Ibu Ketua Umum. Jadi memang sampai saat ini kita masih menggodok kira-kira nama apa yang akan diusulkan Ibu Ketua Umum," papar Puan.

Puan menegaskan, PDIP hanya mengusulkan nama-nama yang akan mewakili PDIP untuk duduk dalam kabinet Jokowi-JK, namun keputusan tetap akan berada di tangan Jokowi.

"Kami mendukung apa yang menjadi keputusan dan hak prerogatif presiden, hanya harapannya nama-nama yang nanti akan membantu Pak Jokowi-JK adalah nama-nama yang memang bersih, punya kapabilitas dan potensi dan tentu saja yang bisa membantu kerja kementerian," papar Puan.
Continue Reading→

0 komentar:

ahok mundur dari gerindra. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menanggapi santai soal rencana massa Front Pembela Islam (FPI) yang akan melakukan demo besar-besaran di depan Balai Kota Jakarta, Rabu (24/9). Agenda demo FPI adalah menolak Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta.

"Izinnya bukan menyeruduk, cuma demo di depan. Itu saja izinnya," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (22/9).

Ahok menilai penolakan FPI sah-sah saja. "Itu hak semua orang, biasa-biasa saja," ujar Ahok.

Dalam situs fpi.or.id, ormas Islam ini mengumumkan rencana aksi demo pada Rabu pekan ini. Mereka mengajak kepada seluruh umat Islam Jakarta, Habaib, kiai, Ormas Islam, Ormas Betawi, Pondok Pesantren, Majelis Ta'lim, mahasiswa, dan tokoh masyarakat untuk mengikuti aksi bersama FPI ke Gedung DPRD DKI Jl. Kebon Sirih Jakarta-Pusat.

Demo rencananya akan dilaksanakan pada pukul 09. 00 WIB. Sebelum mendatangi Gedung DPRD dan Balai Kota, massa berkumpul di Petamburan III, markas Front Pembela Islam (FPI), Jakarta.

Mereka mengeluarkan maklumat isinya; DPD FPI DKI Jakarta menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, DPD FPI DKI Jakarta menyerukan agar Kemendagri dan DPRD DKI Jakarta tidak melantik Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan DPD FPI DKI Jakarta menyerukan pemilihan Gubernur baru melalui DPRD DKI Jakarta atau referendum rakyat Jakarta untuk menolak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ahok siap hadapi demo besar-besaran FPI di Balai Kota

Unknown   at  09.04  No comments

ahok mundur dari gerindra. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menanggapi santai soal rencana massa Front Pembela Islam (FPI) yang akan melakukan demo besar-besaran di depan Balai Kota Jakarta, Rabu (24/9). Agenda demo FPI adalah menolak Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta.

"Izinnya bukan menyeruduk, cuma demo di depan. Itu saja izinnya," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (22/9).

Ahok menilai penolakan FPI sah-sah saja. "Itu hak semua orang, biasa-biasa saja," ujar Ahok.

Dalam situs fpi.or.id, ormas Islam ini mengumumkan rencana aksi demo pada Rabu pekan ini. Mereka mengajak kepada seluruh umat Islam Jakarta, Habaib, kiai, Ormas Islam, Ormas Betawi, Pondok Pesantren, Majelis Ta'lim, mahasiswa, dan tokoh masyarakat untuk mengikuti aksi bersama FPI ke Gedung DPRD DKI Jl. Kebon Sirih Jakarta-Pusat.

Demo rencananya akan dilaksanakan pada pukul 09. 00 WIB. Sebelum mendatangi Gedung DPRD dan Balai Kota, massa berkumpul di Petamburan III, markas Front Pembela Islam (FPI), Jakarta.

Mereka mengeluarkan maklumat isinya; DPD FPI DKI Jakarta menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, DPD FPI DKI Jakarta menyerukan agar Kemendagri dan DPRD DKI Jakarta tidak melantik Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan DPD FPI DKI Jakarta menyerukan pemilihan Gubernur baru melalui DPRD DKI Jakarta atau referendum rakyat Jakarta untuk menolak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Continue Reading→

0 komentar:

Senin, 15 September 2014

Jakarta - Jokowi mengumumkan kabinetnya akan terdiri dari 34 kementerian. Sebanyak 18 menteri dari kalangan profesional dan 16 menteri dari parpol.
Jokowi memenuhi janji untuk mengumumkan postur kabinetnya pada Senin (15/9/2014). Dalam jumpa pers yang berlangsung di Kantor Transisi, pada Senin malam (15/9/2014), Jokowi menjelaskan tetap mempertahankan 34 kementerian seperti kabinet Presiden SBY.
"Guna memastikan pemerintahan agar berjalan dengan efektif sesuai dengan sistem presidential yang kita anut, dan juga untuk terciptanya pemerintahan yang bekerja dan pemerintahan yang hadir di tengah rakyat dan pemerintahan yang terkonsolidasi, kami putuskan jumlahnya ada 34 kementerian," jelas Jokowi yang juga didampingi JK.
Menurut Jokowi, kabinetnya akan diisi oleh 18 menteri dari kalangan profesional dan non-partai. Sedangkan 16 menteri lainnya akan diisi oleh orang parpol. "Pembagiannya 18 profesional dan 16 profesional partai," lanjut Jokowi .
Menurut Jokowi, jumlah 34 kementerian masih wajar dan tidak bertujuan untuk bagi-bagi kekuasaan. "Saya sudah berikan contoh negara tetangga, Malaysia penduduknya 24 juta. Kementerian ada 24. Kita 240 juta, harusnya 240 kementerian," tandas Jokowi.
Dari 34 kementerian tersebut, 19 kementerian dipertahankan dan sisanya ada penggabungan kementerian, serta ada kementerian yang diubah namanya.
Selanjutnya Jokowi akan menentukan siapa saja yang akan menjadi menteri-menteri di kabinetnya. Menurut dia, nama-nama menterinya sudah final, hanya saja dia tetap memerlukan masukan dari publik. Sehingga dia belum bisa umumkan siapa saja nama-nama menterinya. "Kita ingin agar ada ruang partisipasi publik untuk memberi masukan," imbuh dia.

Komposisi Menteri Jokowi, 18 Profesional dan 16 Asal Parpol

Unknown   at  08.34  No comments

Jakarta - Jokowi mengumumkan kabinetnya akan terdiri dari 34 kementerian. Sebanyak 18 menteri dari kalangan profesional dan 16 menteri dari parpol.
Jokowi memenuhi janji untuk mengumumkan postur kabinetnya pada Senin (15/9/2014). Dalam jumpa pers yang berlangsung di Kantor Transisi, pada Senin malam (15/9/2014), Jokowi menjelaskan tetap mempertahankan 34 kementerian seperti kabinet Presiden SBY.
"Guna memastikan pemerintahan agar berjalan dengan efektif sesuai dengan sistem presidential yang kita anut, dan juga untuk terciptanya pemerintahan yang bekerja dan pemerintahan yang hadir di tengah rakyat dan pemerintahan yang terkonsolidasi, kami putuskan jumlahnya ada 34 kementerian," jelas Jokowi yang juga didampingi JK.
Menurut Jokowi, kabinetnya akan diisi oleh 18 menteri dari kalangan profesional dan non-partai. Sedangkan 16 menteri lainnya akan diisi oleh orang parpol. "Pembagiannya 18 profesional dan 16 profesional partai," lanjut Jokowi .
Menurut Jokowi, jumlah 34 kementerian masih wajar dan tidak bertujuan untuk bagi-bagi kekuasaan. "Saya sudah berikan contoh negara tetangga, Malaysia penduduknya 24 juta. Kementerian ada 24. Kita 240 juta, harusnya 240 kementerian," tandas Jokowi.
Dari 34 kementerian tersebut, 19 kementerian dipertahankan dan sisanya ada penggabungan kementerian, serta ada kementerian yang diubah namanya.
Selanjutnya Jokowi akan menentukan siapa saja yang akan menjadi menteri-menteri di kabinetnya. Menurut dia, nama-nama menterinya sudah final, hanya saja dia tetap memerlukan masukan dari publik. Sehingga dia belum bisa umumkan siapa saja nama-nama menterinya. "Kita ingin agar ada ruang partisipasi publik untuk memberi masukan," imbuh dia.
Continue Reading→

0 komentar:

Jumat, 12 September 2014

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil 
JAKARTA - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengajak Bupati dan Wali Kota seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), untuk melakukan aksi demo menolak Pilkada melalui DPRD.
"UUD 45 menyatakan kedaulatan ada pada rakyat. Kami sudah sepakat, bubar dari sini, kita jalan kaki sedikit ke Bundaran HI, kalau Bupati dan Walikota menolak Pilkada tidak langsung," kata Ridwan saat menjadi pembicara pertemuan Apkasi dan Apeksi di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (11/9/2014).
Niat Ridwan mengajak Bupati dan Walikota untuk berdemo penolakan Pilkada melalui DPRD sudah direncanakan sebelumnya. Menurutnya, perlengkapan berdemo dan surat jalan sudah disiapkan.
"Kita sudah siapkan karton-karton (tulisan menolak Pilkada tidak langsung," cetusnya.
Ridwan pun menyampaikan, Pilkada melalui DPRD hanya akan memunculkan pemimpin yang sama dengan lainnya, bukan pemimpin yang membawa terobosan baru dalam membangun daerahnya.
"Kalau mau ubah, aturan teknisnya saja, bukan fundamentalnya. Misalnya ini menghabiskan biaya banyak, tinggal jangan ada rapat akbar, dikurangi baliho, jadi aturan teknisnya," katanya.
Mengutip agenda yang diterima wartawan, acara Apkasi dan Apeksi yang digelar di Hotel Sahid, akan selesai pada pukul 14.30 WIB.

Ridwan Kamil Ajak Bupati dan Wali Kota Demo Tolak Pilkada Tidak Langsung

Unknown   at  11.08  No comments

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil 
JAKARTA - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengajak Bupati dan Wali Kota seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), untuk melakukan aksi demo menolak Pilkada melalui DPRD.
"UUD 45 menyatakan kedaulatan ada pada rakyat. Kami sudah sepakat, bubar dari sini, kita jalan kaki sedikit ke Bundaran HI, kalau Bupati dan Walikota menolak Pilkada tidak langsung," kata Ridwan saat menjadi pembicara pertemuan Apkasi dan Apeksi di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (11/9/2014).
Niat Ridwan mengajak Bupati dan Walikota untuk berdemo penolakan Pilkada melalui DPRD sudah direncanakan sebelumnya. Menurutnya, perlengkapan berdemo dan surat jalan sudah disiapkan.
"Kita sudah siapkan karton-karton (tulisan menolak Pilkada tidak langsung," cetusnya.
Ridwan pun menyampaikan, Pilkada melalui DPRD hanya akan memunculkan pemimpin yang sama dengan lainnya, bukan pemimpin yang membawa terobosan baru dalam membangun daerahnya.
"Kalau mau ubah, aturan teknisnya saja, bukan fundamentalnya. Misalnya ini menghabiskan biaya banyak, tinggal jangan ada rapat akbar, dikurangi baliho, jadi aturan teknisnya," katanya.
Mengutip agenda yang diterima wartawan, acara Apkasi dan Apeksi yang digelar di Hotel Sahid, akan selesai pada pukul 14.30 WIB.
Continue Reading→

0 komentar:

Jokowi-JK di Rumah Transisi. ©2014 merdeka.com/arie basuki
Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto mengatakan opsi postur kabinet sudah mengerucut. Kemungkinan, pemerintahan Jokowi-JK akan ada 34 kementerian. Jumlah itu sama dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Andi mengatakan, dari 34 kementerian yang ada dalam kabinet SBY, sebanyak 19 kementerian tidak diubah. Sedangkan 3 kementerian akan diusulkan menggunakan nama baru yaitu Kementerian Kependudukan, Kementerian Agraria dan Kementerian Ekonomi Kreatif.

"19 (kementerian) tetap dan sisanya nomenklatur baru atau penggabungan. Penggabungan ada 6 kementerian, di antaranya Kemendikbud itu akan jadi Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemenristek/BPPT dan Pendidikan Tinggi, Kementerian PDT dan Pembangunan Desa. Nomenklatur baru ada kementerian baru, Kementerian Kelautan dan Perikanan dari Kemaritiman, Kemen PU menjadi Kementerian Infrastruktur," jelas Andi di Kantor Transisi, Jakarta, Jumat (12/9). 

Andi mengatakan, pembahasan postur kabinet selesai pada 15 September. Namun, Presiden terpilih Joko Widodo yang akan mengumumkan postur kabinetnya.

Sementara Deputi Tim Transisi, Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa 15 September adalah batas akhir tim transisi membahas postur kabinet bersama Jokowi. "Tanggal 15 (September) itu kita (tim transisi) selesai kerja, pengumuman terserah beliau (Jokowi). Sabtu ini masih ada presentasi-presentasi," tutur Hasto.

Tim Transisi: Postur kabinet Jokowi-JK kemungkinan berjumlah 34

Unknown   at  11.07  No comments

Jokowi-JK di Rumah Transisi. ©2014 merdeka.com/arie basuki
Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto mengatakan opsi postur kabinet sudah mengerucut. Kemungkinan, pemerintahan Jokowi-JK akan ada 34 kementerian. Jumlah itu sama dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Andi mengatakan, dari 34 kementerian yang ada dalam kabinet SBY, sebanyak 19 kementerian tidak diubah. Sedangkan 3 kementerian akan diusulkan menggunakan nama baru yaitu Kementerian Kependudukan, Kementerian Agraria dan Kementerian Ekonomi Kreatif.

"19 (kementerian) tetap dan sisanya nomenklatur baru atau penggabungan. Penggabungan ada 6 kementerian, di antaranya Kemendikbud itu akan jadi Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemenristek/BPPT dan Pendidikan Tinggi, Kementerian PDT dan Pembangunan Desa. Nomenklatur baru ada kementerian baru, Kementerian Kelautan dan Perikanan dari Kemaritiman, Kemen PU menjadi Kementerian Infrastruktur," jelas Andi di Kantor Transisi, Jakarta, Jumat (12/9). 

Andi mengatakan, pembahasan postur kabinet selesai pada 15 September. Namun, Presiden terpilih Joko Widodo yang akan mengumumkan postur kabinetnya.

Sementara Deputi Tim Transisi, Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa 15 September adalah batas akhir tim transisi membahas postur kabinet bersama Jokowi. "Tanggal 15 (September) itu kita (tim transisi) selesai kerja, pengumuman terserah beliau (Jokowi). Sabtu ini masih ada presentasi-presentasi," tutur Hasto.
Continue Reading→

0 komentar:

Ilustrasi--MI/Widjajadi
Jakarta: Bupati dan wali kota seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menggelar rapat koordinasi nasional luar biasa. Ketua Umum Apkasi Isran Noor menegaskan bahwa ini merupakan sikap penolakan dari para bupati dan wali kota sebagai representasi masyarakat di daerah terhadap wacana pengembalian mekanisme pemilihan kepala daerah oleh DPRD.

"Mengembalikan mekanisme pemilihan Kepala Daerah kepada DPRD merupakan langkah mundur bangsa ini dalam berdemokrasi. Lebih dari itu, menyerahkan pilkada ke DPRD sama saja merampok kedaulatan politik rakyat," kata Isran di Hotel Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).

Menurutnya sikap tegas yang diambil oleh Apkasi dan Apeksi menolak pilkada melalui DPRD sebetulnya sudah beberapa kali disampaikan kepada pemerintah (Presiden RI dan Kementerian Dalam Negeri), Komisi II, dan Panja RUU Pilkada di DPR RI. Namun, masukan tersebut tidak mendapat perhatian serius.

Hal itu terlihat dari aturan pilkada oleh DPRD dalam RUU Pilkada masih terus bergulir, serta memiliki kemungkinan akan tetap masuk hingga RUU disahkan pada akhir massa sidang DPR, 25 September mendatang.

"Selain untuk mempertegas sikap penolakan kami terhadap ketentuan pilkada dipilih DPRD, rakornas ini juga akan mengonsolodasikan langkah-langkah apa yang akan ditempuh Apkasi dan Apeksi pascapengesahan RUU Pilkada yang masih memuat aturan pilkada dipilih oleh DPRD," kata Isran. Ia pun membenarkan pihaknya bakal melakukan judicial review ke MK.

Senada dengan Isran Noor, Ketua Umum Apeksi Vicky Lumentut menyayangkan jika aturan pilkada diserahkan kembali ke DPRD. Dengan itu, para bupati dan wali kota akan kembali tersandera oleh kepentingan partai di DPRD.

"Jangan heran, jika nantinya para bupati dan wali kota tidak akan optimal bekerja membangun daerah karena sibuk direcoki oleh DPRD," kata Vicky.

Bupati dan Wali Kota Se-Indonesia Tolak Pilkada Tidak Langsung

Unknown   at  10.03  No comments

Ilustrasi--MI/Widjajadi
Jakarta: Bupati dan wali kota seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menggelar rapat koordinasi nasional luar biasa. Ketua Umum Apkasi Isran Noor menegaskan bahwa ini merupakan sikap penolakan dari para bupati dan wali kota sebagai representasi masyarakat di daerah terhadap wacana pengembalian mekanisme pemilihan kepala daerah oleh DPRD.

"Mengembalikan mekanisme pemilihan Kepala Daerah kepada DPRD merupakan langkah mundur bangsa ini dalam berdemokrasi. Lebih dari itu, menyerahkan pilkada ke DPRD sama saja merampok kedaulatan politik rakyat," kata Isran di Hotel Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).

Menurutnya sikap tegas yang diambil oleh Apkasi dan Apeksi menolak pilkada melalui DPRD sebetulnya sudah beberapa kali disampaikan kepada pemerintah (Presiden RI dan Kementerian Dalam Negeri), Komisi II, dan Panja RUU Pilkada di DPR RI. Namun, masukan tersebut tidak mendapat perhatian serius.

Hal itu terlihat dari aturan pilkada oleh DPRD dalam RUU Pilkada masih terus bergulir, serta memiliki kemungkinan akan tetap masuk hingga RUU disahkan pada akhir massa sidang DPR, 25 September mendatang.

"Selain untuk mempertegas sikap penolakan kami terhadap ketentuan pilkada dipilih DPRD, rakornas ini juga akan mengonsolodasikan langkah-langkah apa yang akan ditempuh Apkasi dan Apeksi pascapengesahan RUU Pilkada yang masih memuat aturan pilkada dipilih oleh DPRD," kata Isran. Ia pun membenarkan pihaknya bakal melakukan judicial review ke MK.

Senada dengan Isran Noor, Ketua Umum Apeksi Vicky Lumentut menyayangkan jika aturan pilkada diserahkan kembali ke DPRD. Dengan itu, para bupati dan wali kota akan kembali tersandera oleh kepentingan partai di DPRD.

"Jangan heran, jika nantinya para bupati dan wali kota tidak akan optimal bekerja membangun daerah karena sibuk direcoki oleh DPRD," kata Vicky.
Continue Reading→

0 komentar:

Kamis, 11 September 2014

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. 

Pemilihan Kepala Daerah langsung dan tidak langsung masih menjadi perdebatan di DPR dan Kementerian Dalam Negeri. Partai-partai politik tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) pimpinan Prabowo Subianto tegas untuk mendukung pilkada via DPRD (tidak langsung).

Namun, sikap KMP soal pilkada via DPRD bertentangan dengan kepala daerah sempat diusung. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil adalah salah satu contohnya. Meski dia diusung Partai Keadilan Sejahtera dan Gerindra dalam pemilihan wali kota tahun lalu, tapi dia menolak ide pemilihan tidak langsung.

Ridwan dengan tegas menolak wacana pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku tidak sependapat dengan dua partai pengusung atas langkah mendukung pilkada tak langsung.

"Saya ini respek (hormat) ke Gerindra dan PKS. Tapi urusan ini, kita berbeda pendapat," kata Emil di Pendopo Bandung, kemarin.

Emil mengaku dasar perbedaan pilihan itu karena menjadi objek penderita dari RUU tersebut. Dia merasa pemilihan kepala daerah langsung dinilai memiliki lebih banyak manfaat.

"Gerindra dan PKS banyak dukung saya dalam segala urusan tapi kalau urusan ini kita beda. Kenapa? Karena saya obyek penderitaan dari RUU itu juga," jelas Emil.

Berkaca dari Ahok yang memilih mundur dari Gerindra setelah berbeda pendapat soal RUU Pilkada, Emil menjelaskan ada desakan untuk mundur. Namun Emil menegaskan dirinya bukan anggota partai.

"Kalau banyak orang yang mengatakan saya harus mundur. Mundur bagaimana? Saya ikut partai saja enggak. Saya dulu pilkada memilih partai dari pada kalah. Makanya saya tetap respek (PKS dan Gerindra)," ujar Emil.

Menanggapi sikap Emil, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan, penolakan Pilkada melalui DPRD oleh wali kota Bandung itu adalah aspirasi pribadi.

"Tapi kalau Ridwan Kamil menegaskan itu pendapat pribadi. Pada akhirnya diserahkan partai dan DPR terutama," ujar Hidayat di Gedung DPR, Jakarta.

Hidayat menjelaskan, tidak ada aturan dilanggar dalam pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Tetapi dia memberikan pengecualian terkait pilpres, yang memang diamanatkan dalam undang-undang harus dilakukan dengan pemilihan langsung.

"Pasal 18 ayat 4 UUD 45 menghasilkan Pilkada beda dengan pilpres, pilpres memang rakyat langsung, pasal 6A ayat 2. Tapi Pilkada dipilih demokratis caranya dua, bisa rakyat atau wakil rakyat yang memilih," tutur Hidayat.

Hidayat menilai tidak ada masalah jika DPRD memilih kepala daerah. Sebab menurut dia, DPRD merupakan representasi wakil rakyat juga.

"Rakyat kan sudah memilih wakil artinya wakil dipilih rakyat, kemudian melaksanakan peran sebagai wakil untuk memilih pimpinan daerah," kata dia.

Diusung Gerindra-PKS, Ridwan Kamil tolak pilkada via DPRD

Unknown   at  19.30  No comments

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. 

Pemilihan Kepala Daerah langsung dan tidak langsung masih menjadi perdebatan di DPR dan Kementerian Dalam Negeri. Partai-partai politik tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) pimpinan Prabowo Subianto tegas untuk mendukung pilkada via DPRD (tidak langsung).

Namun, sikap KMP soal pilkada via DPRD bertentangan dengan kepala daerah sempat diusung. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil adalah salah satu contohnya. Meski dia diusung Partai Keadilan Sejahtera dan Gerindra dalam pemilihan wali kota tahun lalu, tapi dia menolak ide pemilihan tidak langsung.

Ridwan dengan tegas menolak wacana pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku tidak sependapat dengan dua partai pengusung atas langkah mendukung pilkada tak langsung.

"Saya ini respek (hormat) ke Gerindra dan PKS. Tapi urusan ini, kita berbeda pendapat," kata Emil di Pendopo Bandung, kemarin.

Emil mengaku dasar perbedaan pilihan itu karena menjadi objek penderita dari RUU tersebut. Dia merasa pemilihan kepala daerah langsung dinilai memiliki lebih banyak manfaat.

"Gerindra dan PKS banyak dukung saya dalam segala urusan tapi kalau urusan ini kita beda. Kenapa? Karena saya obyek penderitaan dari RUU itu juga," jelas Emil.

Berkaca dari Ahok yang memilih mundur dari Gerindra setelah berbeda pendapat soal RUU Pilkada, Emil menjelaskan ada desakan untuk mundur. Namun Emil menegaskan dirinya bukan anggota partai.

"Kalau banyak orang yang mengatakan saya harus mundur. Mundur bagaimana? Saya ikut partai saja enggak. Saya dulu pilkada memilih partai dari pada kalah. Makanya saya tetap respek (PKS dan Gerindra)," ujar Emil.

Menanggapi sikap Emil, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan, penolakan Pilkada melalui DPRD oleh wali kota Bandung itu adalah aspirasi pribadi.

"Tapi kalau Ridwan Kamil menegaskan itu pendapat pribadi. Pada akhirnya diserahkan partai dan DPR terutama," ujar Hidayat di Gedung DPR, Jakarta.

Hidayat menjelaskan, tidak ada aturan dilanggar dalam pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Tetapi dia memberikan pengecualian terkait pilpres, yang memang diamanatkan dalam undang-undang harus dilakukan dengan pemilihan langsung.

"Pasal 18 ayat 4 UUD 45 menghasilkan Pilkada beda dengan pilpres, pilpres memang rakyat langsung, pasal 6A ayat 2. Tapi Pilkada dipilih demokratis caranya dua, bisa rakyat atau wakil rakyat yang memilih," tutur Hidayat.

Hidayat menilai tidak ada masalah jika DPRD memilih kepala daerah. Sebab menurut dia, DPRD merupakan representasi wakil rakyat juga.

"Rakyat kan sudah memilih wakil artinya wakil dipilih rakyat, kemudian melaksanakan peran sebagai wakil untuk memilih pimpinan daerah," kata dia.
Continue Reading→

0 komentar:

Selasa, 09 September 2014

Jakarta - Wagub DKI yang juga Ketua DPP Gerindra Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memutuskan untuk keluar dari partainya. Meski nanti tak punya partai, Ahok yakin dirinya tetap akan didukung rakyat.

"Saya akan buktikan bahwa tanpa partai pun sebagai kepala daerah saya akan didukung rakyat. Selama didukung oleh rakyat," kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2014).

Ahok menyadari, jika tak punya partai, kepemimpinannya di DKI rawan digoyang DPRD. Namun dia yakin jika rakyat mendukung, maka segala program yang dicanangkannya tetap bisa berjalan.

"Saya bertanggung jawab ke rakyat, bukan ke DPRD. Saya bisa tetap menjalankan program untuk kesejahteraan rakyat," ujar pria yang bergaya ceplas-ceplos ini.

Ahok juga mengatakan di tak akan loncat ke partai lain. Mantan Bupati Belitung Timur ini ingin fokus mengurus Jakarta dan tak mau direcoki tetek bengek urusan partai.

"Ngapain saya mesti masuk partai. Nanti saya mesti rapat partai, nanti ketemu orang partai, nggak usah lagi deh. Konsentrasi urusin Jakarta saja. Toh kan nggak bisa nyalon lagi," tutur mantan anggota DPR Komisi II (pemerintahan dalam negeri ini) dari Golkar ini.

Ahok: Saya Akan Buktikan, Tanpa Partai Saya Tetap Didukung Rakyat!

Unknown   at  20.58  No comments

Jakarta - Wagub DKI yang juga Ketua DPP Gerindra Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memutuskan untuk keluar dari partainya. Meski nanti tak punya partai, Ahok yakin dirinya tetap akan didukung rakyat.

"Saya akan buktikan bahwa tanpa partai pun sebagai kepala daerah saya akan didukung rakyat. Selama didukung oleh rakyat," kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2014).

Ahok menyadari, jika tak punya partai, kepemimpinannya di DKI rawan digoyang DPRD. Namun dia yakin jika rakyat mendukung, maka segala program yang dicanangkannya tetap bisa berjalan.

"Saya bertanggung jawab ke rakyat, bukan ke DPRD. Saya bisa tetap menjalankan program untuk kesejahteraan rakyat," ujar pria yang bergaya ceplas-ceplos ini.

Ahok juga mengatakan di tak akan loncat ke partai lain. Mantan Bupati Belitung Timur ini ingin fokus mengurus Jakarta dan tak mau direcoki tetek bengek urusan partai.

"Ngapain saya mesti masuk partai. Nanti saya mesti rapat partai, nanti ketemu orang partai, nggak usah lagi deh. Konsentrasi urusin Jakarta saja. Toh kan nggak bisa nyalon lagi," tutur mantan anggota DPR Komisi II (pemerintahan dalam negeri ini) dari Golkar ini.
Continue Reading→

0 komentar:

Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Danu Baharuddin/Liputan6.com)
Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok akan mengirimkan surat pengunduran diri kepada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Gerindra. Hal itu sebagai bukti keseriusannya melepas status sebagai kader Gerindra karena ketidaksamaan pandangan terkait Rancangan Undang-undang (RUU) Pilkada.

"Hari ini saya akan siapkan suratnya kirim ke DPP, untuk nyatakan keluar dari Partai Gerindra," tegas pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu di Balaikota Jakarta, Rabu (10/9/2014).

Menurut Ahok, Partai Gerindra sudah tidak sejalan lagi. Sebab, partai berlambang kepala garuda itu mendukung kepala daerah dipilih oleh DPRD. Sementara dirinya secara pribadi menolak perubahan mekanisme itu karena menganggap akan merugikan rakyat.
Sebab, lanjut Ahok, menurut AD/ART partai politik, kader harus menaati seluruh keputusan partai. Jika kader tidak bisa menaati keputusan tersebut harus keluar. Maka, sebagai konsekuensi politik itulah dirinya memutuskan hengkang dari Gerindra.

"Makanya saya akan menyiapkan surat untuk mengajukan berhenti sebagai kader partai Gerindra. Saya lagi siapkan hari ini. Ya karena bagi saya Partai Gerindra sudah tidak sesuai dengan perjuangan saya, untuk memberikan rakyat sebuah pilihan terbaik," jelas dia.

Ahok menuturkan, dulunya yang membuat dia tertarik pindah ke Gerindra karena konsep yang ditawarkan Gerindra. Yakni jika ia dengan rekam jejak bersih mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka kesempatan membuktikan pilihan rakyat dan DPRD itu berbeda. Orang jujur, lanjut Ahok, ada kesempatan terpilih memimpin daerah.

"Tapi bagi saya itu (RUU Pilkada) sudah beda jauh dengan konsep awal Gerindra. Dulu di Gerindra bangga, bisa kalahkan semua partai. Tidak perlu koalisi dengan partai, karena yakin rakyat cerdas lihat pemimpin berdasarkan rekam jejak," ucap Ahok.

Ahok Kirim Surat Pengunduran Diri dari Gerindra Hari Ini

Unknown   at  19.59  No comments

Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Danu Baharuddin/Liputan6.com)
Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok akan mengirimkan surat pengunduran diri kepada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Gerindra. Hal itu sebagai bukti keseriusannya melepas status sebagai kader Gerindra karena ketidaksamaan pandangan terkait Rancangan Undang-undang (RUU) Pilkada.

"Hari ini saya akan siapkan suratnya kirim ke DPP, untuk nyatakan keluar dari Partai Gerindra," tegas pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu di Balaikota Jakarta, Rabu (10/9/2014).

Menurut Ahok, Partai Gerindra sudah tidak sejalan lagi. Sebab, partai berlambang kepala garuda itu mendukung kepala daerah dipilih oleh DPRD. Sementara dirinya secara pribadi menolak perubahan mekanisme itu karena menganggap akan merugikan rakyat.
Sebab, lanjut Ahok, menurut AD/ART partai politik, kader harus menaati seluruh keputusan partai. Jika kader tidak bisa menaati keputusan tersebut harus keluar. Maka, sebagai konsekuensi politik itulah dirinya memutuskan hengkang dari Gerindra.

"Makanya saya akan menyiapkan surat untuk mengajukan berhenti sebagai kader partai Gerindra. Saya lagi siapkan hari ini. Ya karena bagi saya Partai Gerindra sudah tidak sesuai dengan perjuangan saya, untuk memberikan rakyat sebuah pilihan terbaik," jelas dia.

Ahok menuturkan, dulunya yang membuat dia tertarik pindah ke Gerindra karena konsep yang ditawarkan Gerindra. Yakni jika ia dengan rekam jejak bersih mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka kesempatan membuktikan pilihan rakyat dan DPRD itu berbeda. Orang jujur, lanjut Ahok, ada kesempatan terpilih memimpin daerah.

"Tapi bagi saya itu (RUU Pilkada) sudah beda jauh dengan konsep awal Gerindra. Dulu di Gerindra bangga, bisa kalahkan semua partai. Tidak perlu koalisi dengan partai, karena yakin rakyat cerdas lihat pemimpin berdasarkan rekam jejak," ucap Ahok.
Continue Reading→

0 komentar:

Megawati Soekarnoputri, Ahok, dan Jokowi. facebook.com
Jakarta - Di tengah kontroversi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada langsung, presiden terpilih, Joko Widodo, merasa bersyukur karena akan mendapatkan sekutu baru. Sekutu yang dimaksud adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

"Nanti kalau benar rancangan undang-undang itu disahkan berarti dapat teman satu saya," kata Jokowi di Balai Kota, Selasa, 9 September 2014. Tapi, ia enggan merinci apakah definisi teman yang dimaksud adalah Ahok diterima menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. "Ya, dapat teman satu," katanya sambil tertawa.

Hari ini, Ahok mengancam keluar dari Partai Gerakan Indonesia Raya jika revisi RUU Pilkada disahkan. Menurut dia, pilkada melalui anggota DPRD merusak reformasi dan demokrasi di Indonesia. "Saya tadi sempat berpikir, kalau kebijakan ini terealisasi, saya mau keluar dari partai. Ngapain main di parpol," kata Ahok.


#sponsor: nice video (ada2 aja)
PERINGATAN KERAS UNTUK DPR...!
JANGAN RAMPAS KEDAULATAN RAKYAT.
*next Jokowi menegaskan pilkada melalui DPRD merupakan sebuah kemunduran. Menurut dia, Indonesia menganut sistem presidensial, bukan parlementer. Sehingga, kepala daerah harus dipilih langsung oleh rakyat. "Kita mau ke mana? Arahnya mau ke mana? Logikanya? Yang di atas undang-undang kan harus dipilih rakyat. Masak yang di provinsi, kabupaten/kota dipilih oleh DPRD," katanya.

Jokowi Ahok Jadi Sekutu?

Unknown   at  19.55  No comments

Megawati Soekarnoputri, Ahok, dan Jokowi. facebook.com
Jakarta - Di tengah kontroversi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada langsung, presiden terpilih, Joko Widodo, merasa bersyukur karena akan mendapatkan sekutu baru. Sekutu yang dimaksud adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

"Nanti kalau benar rancangan undang-undang itu disahkan berarti dapat teman satu saya," kata Jokowi di Balai Kota, Selasa, 9 September 2014. Tapi, ia enggan merinci apakah definisi teman yang dimaksud adalah Ahok diterima menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. "Ya, dapat teman satu," katanya sambil tertawa.

Hari ini, Ahok mengancam keluar dari Partai Gerakan Indonesia Raya jika revisi RUU Pilkada disahkan. Menurut dia, pilkada melalui anggota DPRD merusak reformasi dan demokrasi di Indonesia. "Saya tadi sempat berpikir, kalau kebijakan ini terealisasi, saya mau keluar dari partai. Ngapain main di parpol," kata Ahok.


#sponsor: nice video (ada2 aja)
PERINGATAN KERAS UNTUK DPR...!
JANGAN RAMPAS KEDAULATAN RAKYAT.
*next Jokowi menegaskan pilkada melalui DPRD merupakan sebuah kemunduran. Menurut dia, Indonesia menganut sistem presidensial, bukan parlementer. Sehingga, kepala daerah harus dipilih langsung oleh rakyat. "Kita mau ke mana? Arahnya mau ke mana? Logikanya? Yang di atas undang-undang kan harus dipilih rakyat. Masak yang di provinsi, kabupaten/kota dipilih oleh DPRD," katanya.
Continue Reading→

0 komentar:

Senin, 08 September 2014

Jakarta  - Sampai sejauh ini, belum ada partai pendukung Koalisi Merah Putih yang merapat ke Jokowi-JK. Usai bertemu SBY, kepada pers, mereka sepakat berada di luar pemerintahan. Selanjutnya?
"Masalahnya sekarang, pihak kami membuka pintu, membuka silaturahmi dan musyawarah mufakat, tetapi pihak yang lain tidak berkenan dengan hal yang kami inginkan. Jadi, mau plan apa lagi?" kata Puan Maharani, Ketua Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Fraksi PDI DPR, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, pada Minggu (7/9/2014).
Puan pun menyatakan masih menunggu partai yang akan memperkuat barisan pendukung pemerintahan Jokowi-JK. Dia tak khawatir karena yakin rakyat selalu berada di belakang mereka.
Sebelumnya, beberapa partai seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sempat memberikan sinyal-sinyal untuk merapat. Termasuk beberapa elite Partai Golkar yang berbeda pandangan dengan Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Meski memang, partai anggota Koalisi Merah Putih menunjukkan sikap akan menjadi penyeimbang pemerintahan Jokowi-JK, setelah mereka bertemu Presiden SBY, di Cikeas, pada Selasa (2/9/2014).
"Saya juga dengar pemikiran Koalisi Merah Putih, bagaimana secara aktif mengawal pemerintahan, jadi kekuatan penyeimbang, check and balances. Peran itu diperlukan " kata SBY, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, usai bertemu Koalisi Merah Putih.
Pernyataan SBY itu dipertegas Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, yang mengatakan bahwa Koalisi Merah Putih tetap akan berada di luar pemerintahan Jokowi-JK.
"Di luar pemerintah bukan berarti harus memusuhi pemerintah, menjadi penyeimbang juga bukan berarti musuh pemerintah. Kita semua mengharapkan Indonesia menjadi lebih baik," kata  Ical, pada Minggu (7/9/2014).
Menurut Ical, koalisi partai pengusung Prabowo-Hatta di Pilpres tetap solid. "Kita tetap solid, tidak tergoyahkan dengan bujuk rayuan," tandasnya.
Akbar Tandjung, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, ikut menegaskan bahwa beringin tetap berada di luar pemerintahan. "Kalaupun diminta secara formal, Golkar tetap tidak. Kami pilih di luar pemerintahan sebagai penyeimbang," kata Akbar, di sela-sela Diskusi Panel Nasional bersama Calon Ketua Umum (Caketum) Golkar, di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada Minggu (7/9/2014).
Sementara suara agak lunak disampaikan Agung Laksono, Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Agung memberi sinyal kemungkinan merapat ke Jokowi-JK dengan menyebut, sikap berada di luar pemerintahan yang sudah diumumkan Golkar bisa saja berubah usai Munas 2015.
"Sikap kami sekarang jelas di luar pemerintah, tapi pada Munas besok, bisa jadi berubah, tergantung hasilnya," kata Agung kepada wartawan di Inna Garuda Hotel, pada Minggu (7/9/2014).
Jelang Penyusunan Kabinet
Lalu bagaimana sikap partai anggota Koalisi Merah Putih lainnya?
Menarik menyimak pernyataan Hatta Rajasa, Ketua Umum DPP PAN, yang juga cawapres pendamping Prabowo Subianto. Hatta sendiri sempat bertemu Jokowi di rumah Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, pada Senin malam (1/9/2014).
"Saya tidak bisa menentukan tiba-tiba hari ini (2/9/2014), saya katakan PAN pindah ke koalisi pemerintah. Tidak bisa itu. PAN ada mekanismenya melalui kongres dan itu baru dilaksanakan tahun depan. Kongres perpanjangan tangan apa yang dimaui konstituen kita melalui DPD dan DPW. Bukannya satu dua orang yang menentukan arah kebijakan partai," kata Hatta Rajasa, di rumah pribadi Presiden SBY, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Selasa (2/9/2014).
Sementara PPP, sinyal bakal merapat ke Jokowi-JK juga pernah ditunjukkan dengan kedatangan Suharso Manoarfa, Wakil Ketua Umum PPP, ke rumah JK, pada Jumat (29/8/2014).
Syaifullah Tamliha, Wakil Sekjen DPP PPP, memperkuat sinyal tersebut dengan menyebut bahwa partai berlambang kabah ini sangat demokratis dan akan mendengar aspirasi dari bawah terkait kemungkinan merapat ke Jokowi-JK.
“Semua aspirasi sudah dikumpulkan dan semuanya akan disampaikan di Muktamar,” jelas Syaiful di Jakarta, pada Senin (25/08/2014). Diketahui, Muktamar PPP sendiri baru akan digelar pada 2015.
Jadi, partai mana yang paling mungkin merapat ke Jokowi-JK?
Menurut catatan Joko Susilo, peneliti politik dari Universitas Jember, ada empat partai yang masih berpeluang merapat ke Jokowi-JK. Yakni Demokrat, PAN, PPP, dan Golkar. "Ada sinyal untuk bergabung ke Jokowi-JK menjelang penyusunan kabinet," katanya, pada Sabtu (30/9/2014), seperti dikutip Antara.
Joko menilai, Koalisi Merah Putih tidak akan solid untuk mempertahankan koalisinya setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta.
"Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) juga menolak gugatan tim Prabowo-Hatta terkait administrasi Pemilu Presiden 2014 karena dianggap tidak berdasar, sehingga hal tersebut akan membuat parpol yang mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut satu akan berpindah haluan,"  katanya.
Joko menegaskan, bahwa di dalam politik tak pernah ada kawan atau lawan yang abadi karena yang lebih dominan adalah kekuasaan dan kepentingan. Sehingga partai politik akan berhitung ulang jika harus menjadi oposisi terhadap pemerintahan Jokowi-JK.
Sementara Jokowi sendiri, sejauh ini mengaku tak pernah khawatir Koalisi Merah Putih akan lebih dominan di DPR dan bakal menjadi penghalang program-program Jokowi-JK. "Saya tidak takut. Kenapa harus takut," katannya, di Balai Kota, pada Rabu (3/9/2014), seperti dikutip tempo.co.
Jokowi pun mengaku tidak punya strategi tertentu untuk mengamankan parlemen. “Prinsipnya, saya terbuka saja. Kalau ada yang mau, gabung  ya silahkan. Tapi kami tidak akan melakukan langkah tertentu,” kata Jokowi.
Pelantikan anggota DPR baru akan dilakukan pada 1 Oktober, sementara pelantikan presiden dan  wapres pada 20 Oktober. Dalam rentang waktu tersebut, masih bisa terjadi pergeseran peta politik. Segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk bergesernya arah koalisi. 

Jokowi-JK Buka Pintu, Koalisi Merah Putih Akui Solid

Unknown   at  10.52  No comments

Jakarta  - Sampai sejauh ini, belum ada partai pendukung Koalisi Merah Putih yang merapat ke Jokowi-JK. Usai bertemu SBY, kepada pers, mereka sepakat berada di luar pemerintahan. Selanjutnya?
"Masalahnya sekarang, pihak kami membuka pintu, membuka silaturahmi dan musyawarah mufakat, tetapi pihak yang lain tidak berkenan dengan hal yang kami inginkan. Jadi, mau plan apa lagi?" kata Puan Maharani, Ketua Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Fraksi PDI DPR, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, pada Minggu (7/9/2014).
Puan pun menyatakan masih menunggu partai yang akan memperkuat barisan pendukung pemerintahan Jokowi-JK. Dia tak khawatir karena yakin rakyat selalu berada di belakang mereka.
Sebelumnya, beberapa partai seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sempat memberikan sinyal-sinyal untuk merapat. Termasuk beberapa elite Partai Golkar yang berbeda pandangan dengan Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Meski memang, partai anggota Koalisi Merah Putih menunjukkan sikap akan menjadi penyeimbang pemerintahan Jokowi-JK, setelah mereka bertemu Presiden SBY, di Cikeas, pada Selasa (2/9/2014).
"Saya juga dengar pemikiran Koalisi Merah Putih, bagaimana secara aktif mengawal pemerintahan, jadi kekuatan penyeimbang, check and balances. Peran itu diperlukan " kata SBY, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, usai bertemu Koalisi Merah Putih.
Pernyataan SBY itu dipertegas Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, yang mengatakan bahwa Koalisi Merah Putih tetap akan berada di luar pemerintahan Jokowi-JK.
"Di luar pemerintah bukan berarti harus memusuhi pemerintah, menjadi penyeimbang juga bukan berarti musuh pemerintah. Kita semua mengharapkan Indonesia menjadi lebih baik," kata  Ical, pada Minggu (7/9/2014).
Menurut Ical, koalisi partai pengusung Prabowo-Hatta di Pilpres tetap solid. "Kita tetap solid, tidak tergoyahkan dengan bujuk rayuan," tandasnya.
Akbar Tandjung, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, ikut menegaskan bahwa beringin tetap berada di luar pemerintahan. "Kalaupun diminta secara formal, Golkar tetap tidak. Kami pilih di luar pemerintahan sebagai penyeimbang," kata Akbar, di sela-sela Diskusi Panel Nasional bersama Calon Ketua Umum (Caketum) Golkar, di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada Minggu (7/9/2014).
Sementara suara agak lunak disampaikan Agung Laksono, Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Agung memberi sinyal kemungkinan merapat ke Jokowi-JK dengan menyebut, sikap berada di luar pemerintahan yang sudah diumumkan Golkar bisa saja berubah usai Munas 2015.
"Sikap kami sekarang jelas di luar pemerintah, tapi pada Munas besok, bisa jadi berubah, tergantung hasilnya," kata Agung kepada wartawan di Inna Garuda Hotel, pada Minggu (7/9/2014).
Jelang Penyusunan Kabinet
Lalu bagaimana sikap partai anggota Koalisi Merah Putih lainnya?
Menarik menyimak pernyataan Hatta Rajasa, Ketua Umum DPP PAN, yang juga cawapres pendamping Prabowo Subianto. Hatta sendiri sempat bertemu Jokowi di rumah Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, pada Senin malam (1/9/2014).
"Saya tidak bisa menentukan tiba-tiba hari ini (2/9/2014), saya katakan PAN pindah ke koalisi pemerintah. Tidak bisa itu. PAN ada mekanismenya melalui kongres dan itu baru dilaksanakan tahun depan. Kongres perpanjangan tangan apa yang dimaui konstituen kita melalui DPD dan DPW. Bukannya satu dua orang yang menentukan arah kebijakan partai," kata Hatta Rajasa, di rumah pribadi Presiden SBY, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Selasa (2/9/2014).
Sementara PPP, sinyal bakal merapat ke Jokowi-JK juga pernah ditunjukkan dengan kedatangan Suharso Manoarfa, Wakil Ketua Umum PPP, ke rumah JK, pada Jumat (29/8/2014).
Syaifullah Tamliha, Wakil Sekjen DPP PPP, memperkuat sinyal tersebut dengan menyebut bahwa partai berlambang kabah ini sangat demokratis dan akan mendengar aspirasi dari bawah terkait kemungkinan merapat ke Jokowi-JK.
“Semua aspirasi sudah dikumpulkan dan semuanya akan disampaikan di Muktamar,” jelas Syaiful di Jakarta, pada Senin (25/08/2014). Diketahui, Muktamar PPP sendiri baru akan digelar pada 2015.
Jadi, partai mana yang paling mungkin merapat ke Jokowi-JK?
Menurut catatan Joko Susilo, peneliti politik dari Universitas Jember, ada empat partai yang masih berpeluang merapat ke Jokowi-JK. Yakni Demokrat, PAN, PPP, dan Golkar. "Ada sinyal untuk bergabung ke Jokowi-JK menjelang penyusunan kabinet," katanya, pada Sabtu (30/9/2014), seperti dikutip Antara.
Joko menilai, Koalisi Merah Putih tidak akan solid untuk mempertahankan koalisinya setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta.
"Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) juga menolak gugatan tim Prabowo-Hatta terkait administrasi Pemilu Presiden 2014 karena dianggap tidak berdasar, sehingga hal tersebut akan membuat parpol yang mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut satu akan berpindah haluan,"  katanya.
Joko menegaskan, bahwa di dalam politik tak pernah ada kawan atau lawan yang abadi karena yang lebih dominan adalah kekuasaan dan kepentingan. Sehingga partai politik akan berhitung ulang jika harus menjadi oposisi terhadap pemerintahan Jokowi-JK.
Sementara Jokowi sendiri, sejauh ini mengaku tak pernah khawatir Koalisi Merah Putih akan lebih dominan di DPR dan bakal menjadi penghalang program-program Jokowi-JK. "Saya tidak takut. Kenapa harus takut," katannya, di Balai Kota, pada Rabu (3/9/2014), seperti dikutip tempo.co.
Jokowi pun mengaku tidak punya strategi tertentu untuk mengamankan parlemen. “Prinsipnya, saya terbuka saja. Kalau ada yang mau, gabung  ya silahkan. Tapi kami tidak akan melakukan langkah tertentu,” kata Jokowi.
Pelantikan anggota DPR baru akan dilakukan pada 1 Oktober, sementara pelantikan presiden dan  wapres pada 20 Oktober. Dalam rentang waktu tersebut, masih bisa terjadi pergeseran peta politik. Segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk bergesernya arah koalisi. 
Continue Reading→

0 komentar:

Pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mengikuti sidang perdana Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 (PHPU Pilpres) di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu 6 Agustus 2014. Prabowo hadir bersama Hatta Rajasa dan sejumlah petinggi partai koalisi. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Jakarta - Partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendukung pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Mekanisme dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Pilkada ini mengakibatkan partai pendukung Jokowi-Kalla sulit memenangi pemilihan kepala daerah karena hampir mayoritas anggota DPRD dikuasai partai pendukung Prabowo-Hatta yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih.

Partai pendukung Jokowi-Kalla hanya akan menang di dua provinsi, yaitu Bali dan Kalimantan Barat. Berikut perhitungan Tempo berdasarkan perolehan kursi di DPRD.


1. Aceh = Prabowo 38, Jokowi 33
2. Sumatera Utara = Prabowo 63, Jokowi 35
3. Sumatera Barat = Prabowo 49, Jokowi 16
4. Riau = Prabowo 45, Jokowi 20
5. Jambi = Prabowo 36, Jokowi 19
6. Sumatera Selatan = Prabowo 40, Jokowi 30
7. Bengkulu = Prabowo 27, Jokowi 18
8. Lampung = Prabowo 51, Jokowi 34
9. Bangka Belitung = Prabowo 29, Jokowi 16
10. Kepulauan Riau = Prabowo 26, Jokowi 19
11. DKI Jakarta = Prabowo 57, Jokowi 49
12. Jawa Barat = Prabowo 65, Jokowi 35
13. Jawa Tengah = Prabowo 56, Jokowi 44
14. DI Yogyakarta = Prabowo 33, Jokowi 22
15. Jawa Timur = Prabowo 55, Jokowi 41
16. Banten = Prabowo 52, Jokowi 33
17. Bali = Prabowo 27, Jokowi 28
18. Nusa Tenggara Barat = Prabowo 47, Jokowi 18
19. Nusa Tenggara Timur = Prabowo 34, Jokowi 31
20. Kalimantan Barat = Prabowo 37, Jokowi 39
21. Kalimantan Tengah = Prabowo 24, Jokowi 21
22. Kalimantan Selatan = Prabowo 36, Jokowi 19
23. Kalimantan Timur = Prabowo 35, Jokowi 20
24. Kalimantan Utara = Prabowo 22, Jokowi 13
25. Sulawesi Selatan = Prabowo 63, Jokowi 22
26. Sulawesi Tengah = Prabowo 27, Jokowi 18
27. Sulawesi Utara = Prabowo 25, Jokowi 18
28. Sulawesi Tenggara = Prabowo 33, Jokowi 12
29. Gorontalo = Prabowo 33, Jokowi 12
30. Sulawesi Barat = Prabowo 34, Jokowi 11
31. Maluku = Prabowo 25, Jokowi 20
32. Maluku Utara = Prabowo - , Jokowi -
33. Papua = Prabowo 35, Jokowi 21
34. Papua Barat = Prabowo 28, Jokowi 17

Keterangan: Perolehan kursi di Maluku Utara belum diketahui karena Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU menggelar pemungutan suara ulang.

UU Pilkada Sah, Koalisi Prabowo Borong 31 Gubernur

Unknown   at  03.00  No comments

Pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mengikuti sidang perdana Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 (PHPU Pilpres) di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu 6 Agustus 2014. Prabowo hadir bersama Hatta Rajasa dan sejumlah petinggi partai koalisi. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Jakarta - Partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendukung pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Mekanisme dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Pilkada ini mengakibatkan partai pendukung Jokowi-Kalla sulit memenangi pemilihan kepala daerah karena hampir mayoritas anggota DPRD dikuasai partai pendukung Prabowo-Hatta yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih.

Partai pendukung Jokowi-Kalla hanya akan menang di dua provinsi, yaitu Bali dan Kalimantan Barat. Berikut perhitungan Tempo berdasarkan perolehan kursi di DPRD.


1. Aceh = Prabowo 38, Jokowi 33
2. Sumatera Utara = Prabowo 63, Jokowi 35
3. Sumatera Barat = Prabowo 49, Jokowi 16
4. Riau = Prabowo 45, Jokowi 20
5. Jambi = Prabowo 36, Jokowi 19
6. Sumatera Selatan = Prabowo 40, Jokowi 30
7. Bengkulu = Prabowo 27, Jokowi 18
8. Lampung = Prabowo 51, Jokowi 34
9. Bangka Belitung = Prabowo 29, Jokowi 16
10. Kepulauan Riau = Prabowo 26, Jokowi 19
11. DKI Jakarta = Prabowo 57, Jokowi 49
12. Jawa Barat = Prabowo 65, Jokowi 35
13. Jawa Tengah = Prabowo 56, Jokowi 44
14. DI Yogyakarta = Prabowo 33, Jokowi 22
15. Jawa Timur = Prabowo 55, Jokowi 41
16. Banten = Prabowo 52, Jokowi 33
17. Bali = Prabowo 27, Jokowi 28
18. Nusa Tenggara Barat = Prabowo 47, Jokowi 18
19. Nusa Tenggara Timur = Prabowo 34, Jokowi 31
20. Kalimantan Barat = Prabowo 37, Jokowi 39
21. Kalimantan Tengah = Prabowo 24, Jokowi 21
22. Kalimantan Selatan = Prabowo 36, Jokowi 19
23. Kalimantan Timur = Prabowo 35, Jokowi 20
24. Kalimantan Utara = Prabowo 22, Jokowi 13
25. Sulawesi Selatan = Prabowo 63, Jokowi 22
26. Sulawesi Tengah = Prabowo 27, Jokowi 18
27. Sulawesi Utara = Prabowo 25, Jokowi 18
28. Sulawesi Tenggara = Prabowo 33, Jokowi 12
29. Gorontalo = Prabowo 33, Jokowi 12
30. Sulawesi Barat = Prabowo 34, Jokowi 11
31. Maluku = Prabowo 25, Jokowi 20
32. Maluku Utara = Prabowo - , Jokowi -
33. Papua = Prabowo 35, Jokowi 21
34. Papua Barat = Prabowo 28, Jokowi 17

Keterangan: Perolehan kursi di Maluku Utara belum diketahui karena Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU menggelar pemungutan suara ulang.
Continue Reading→

0 komentar:

Joko Widodo atau Jokowi. REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta - Partai-partai politik pendukung bekas pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bakal mengepung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Mereka berupaya menguasai posisi krusial di DPR dan mendominasi suara mayoritas DPRD. “Kami akan sapu bersih,” kata Bambang Soesatyo, anggota Fraksi Golkar, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 6 September 2014. “Kami satu suara.”

Mereka sudah berbagi kursi di DPR dan MPR. Golkar mengklaim sudah diplot menduduki kursi Ketua DPR. "Pastinya Golkar akan menjadi Ketua DPR," kata juru bicara koalisi sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, Tantowi Yahya. Ketua MPR akan ditunjuk dari Partai Demokrat. Paket wakilnya diambil dari Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Sesuai dengan tata tertib dan Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), pimpinan dan alat kelengkapan DPR dan DPRD dipilih melalui sistem paket. Nama lima calon diusung oleh fraksi-fraksi yang berbeda dan dipilih melalui voting. PDI Perjuangan masih berharap pada hasil uji materi yang mereka ajukan ke Mahkamah Konstitusi. Mereka ingin penentuan pimpinan DPR kembali ke aturan lama, yakni dijabat oleh peraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif.

Secara hitungan matematis, kursi koalisi PDI Perjuangan tak melampaui kubu Gerindra. PDI Perjuangan, yang ditopang tiga partai lain--Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan Partai NasDem--total memiliki 207 dari 560 kursi DPR. Mereka perlu satu partai lagi untuk memenuhi syarat paket lima orang pimpinan DPR. Demokrat memiliki 61 kursi netral. Sisa kursi lain diisi koalisi pro-Prabowo.

Koalisi pro-Prabowo tidak hanya berupaya mendominasi DPR, tapi juga posisi krusial DPRD. Dari hasil pemilu lalu, koalisi ini menguasai kursi DPRD 31 provinsi. Padahal pemilihan kepala daerah dirancang melalui mekanisme DPRD, bukan oleh rakyat secara langsung. Aturan ini masih dibahas di DPR. Jika lolos, di atas kertas, koalisi Prabowo-Hatta bakal mengisi posisi kepala-kepala daerah.

Fraksi PDI Perjuangan menganggap manuver kubu Prabowo tak akan membuahkan hasil. Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Eriko Sotarduga, optimistis pendukung Jokowi-Kalla di DPR melampaui separuh kursi DPR. "Di parlemen sekarang kami masih 34 persen,” katanya kepada Tempo dalam acara temu fraksi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin. “Pasti nanti ada peningkatan."

Eriko mengklaim sejumlah partai telah membuat kesepakatan baru dengan PDI Perjuangan yang akan diumumkan bertepatan dengan pembacaan putusan uji materi Undang-Undang MD3. "Secara etika kan sudah, mereka menyadari ada kepentingan yang sama dalam membangun bangsa." (Simak pula: Jokowi: Saya Jangan Diisolasi dari Rakyat )

Presiden terpilih Joko Widodo tak khawatir koalisi pro-Prabowo menjadi mayoritas di DPR. Jokowi tak menyiapkan strategi khusus karena koalisi adalah urusan partai dan tak menjamin programnya berjalan mulus. "Prinsipnya, saya terbuka saja. Kalau ada yang mau gabung, ya, silakan," katanya.

Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla justru tak melihat hambatan terhadap pemerintah muncul dari DPR. Lembaga legislatif diyakini menjalankan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan secara proporsional. “Kalau fungsi itu dijalankan secara baik, tak ada upaya menjegal,” katanya di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu pekan lalu.

PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo

Unknown   at  02.55  No comments

Joko Widodo atau Jokowi. REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta - Partai-partai politik pendukung bekas pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bakal mengepung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Mereka berupaya menguasai posisi krusial di DPR dan mendominasi suara mayoritas DPRD. “Kami akan sapu bersih,” kata Bambang Soesatyo, anggota Fraksi Golkar, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 6 September 2014. “Kami satu suara.”

Mereka sudah berbagi kursi di DPR dan MPR. Golkar mengklaim sudah diplot menduduki kursi Ketua DPR. "Pastinya Golkar akan menjadi Ketua DPR," kata juru bicara koalisi sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, Tantowi Yahya. Ketua MPR akan ditunjuk dari Partai Demokrat. Paket wakilnya diambil dari Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Sesuai dengan tata tertib dan Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), pimpinan dan alat kelengkapan DPR dan DPRD dipilih melalui sistem paket. Nama lima calon diusung oleh fraksi-fraksi yang berbeda dan dipilih melalui voting. PDI Perjuangan masih berharap pada hasil uji materi yang mereka ajukan ke Mahkamah Konstitusi. Mereka ingin penentuan pimpinan DPR kembali ke aturan lama, yakni dijabat oleh peraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif.

Secara hitungan matematis, kursi koalisi PDI Perjuangan tak melampaui kubu Gerindra. PDI Perjuangan, yang ditopang tiga partai lain--Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan Partai NasDem--total memiliki 207 dari 560 kursi DPR. Mereka perlu satu partai lagi untuk memenuhi syarat paket lima orang pimpinan DPR. Demokrat memiliki 61 kursi netral. Sisa kursi lain diisi koalisi pro-Prabowo.

Koalisi pro-Prabowo tidak hanya berupaya mendominasi DPR, tapi juga posisi krusial DPRD. Dari hasil pemilu lalu, koalisi ini menguasai kursi DPRD 31 provinsi. Padahal pemilihan kepala daerah dirancang melalui mekanisme DPRD, bukan oleh rakyat secara langsung. Aturan ini masih dibahas di DPR. Jika lolos, di atas kertas, koalisi Prabowo-Hatta bakal mengisi posisi kepala-kepala daerah.

Fraksi PDI Perjuangan menganggap manuver kubu Prabowo tak akan membuahkan hasil. Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Eriko Sotarduga, optimistis pendukung Jokowi-Kalla di DPR melampaui separuh kursi DPR. "Di parlemen sekarang kami masih 34 persen,” katanya kepada Tempo dalam acara temu fraksi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin. “Pasti nanti ada peningkatan."

Eriko mengklaim sejumlah partai telah membuat kesepakatan baru dengan PDI Perjuangan yang akan diumumkan bertepatan dengan pembacaan putusan uji materi Undang-Undang MD3. "Secara etika kan sudah, mereka menyadari ada kepentingan yang sama dalam membangun bangsa." (Simak pula: Jokowi: Saya Jangan Diisolasi dari Rakyat )

Presiden terpilih Joko Widodo tak khawatir koalisi pro-Prabowo menjadi mayoritas di DPR. Jokowi tak menyiapkan strategi khusus karena koalisi adalah urusan partai dan tak menjamin programnya berjalan mulus. "Prinsipnya, saya terbuka saja. Kalau ada yang mau gabung, ya, silakan," katanya.

Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla justru tak melihat hambatan terhadap pemerintah muncul dari DPR. Lembaga legislatif diyakini menjalankan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan secara proporsional. “Kalau fungsi itu dijalankan secara baik, tak ada upaya menjegal,” katanya di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu pekan lalu.
Continue Reading→

0 komentar:

Discussion

Gadgets

Diberdayakan oleh Blogger.

Advertise Here

DAERAH

DAERAH

POLITIK

POLITIK

PERISTIWA

PERISTIWA

KESEHATAN

Health

About Us

PHOTOGRAPHY

PHOTOGRAPHY

SPORTS

SPORTS

Text Widget

© 2013 JABAR NEWS. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.